Repository Universitas Pakuan

Detail Karya Ilmiah Dosen

Wildan Fauzi Mubarock,Aam Nurjaman,Sri Rahayu,Mukodas

Judul : Gerbang Fiksi
Abstrak :

Pengantar Di antara tiga genre sastra, prosa fiksi adalah yang paling populer. Lihat saja di berbagai toko buku, novel adalah yang paling banyak memenuhi rak-rak mereka. Baik di kategori sastra, new arrival, best seller, recommended, maupun kategori-kategori yang lain. Prosa fiksi seolah-olah menjadi bagian yang paling dekat dengan masyarakat. Kita sendiri pun, tanpa sadar sering sekali menggunakan „gaya‟ prosa fiksi ketika bertutur kata dengan lawan bicara. Curhat misalnya. Kita seakan-akan menempatkan diri kita sendiri sebagai tokoh utama. Masalah yang kita utarakan adalah konflik yang harus segera diakhiri. Konsepnya hampir sama dengan curhat, pun banyak novel-novel yang diangkat dari latar kehidupan penulis. Andrea Hirata dengan tetralogi “Laskar Pelangi”, yang dilanjut dengan dwilogi “Padang Bulan” menceritakan 2 – Gerbang Fiksi kisah Ikal, yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Novelnovel N.H. Dini yang begitu dekat dengan kehidupan pribadinya dalam setiap tokoh utama perempuan yang dikisahkan. Bedanya begitu sederhana. Mereka menuliskan dan membukukan pengalamannya, sedangkan kita hanya bertutur dengan lisan dan membiarkannya hilang tertiup angin. Secara sederhana, prosa diartikan oleh KBBI sebagai karangan bebas. Kita dibiarkan dengan bebas untuk mengarang sesuatu, itu merupakan prosa. Bahkan tulisan ini pun adalah bagian dari prosa. Dalam kesusastraan, puisi dan prosa dibedakan. Yang ditekankan dalam puisi biasanya adalah permainan bahasa yang indah, sedangkan dalam prosa adalah kisah menarik yang ada di dalamnya. Sebenarnya ini tidak terlalu benar, juga tidak terlalu salah. Sebab awalnya, puisi dan prosa tidak dibedakan. Semuanya menjadi suatu kesatuan yang utuh. Konon, Ramayana dan Mahabharata yang masingmasing ditulis ulang oleh Resi Valmiki dan Resi Vyasa itu berupa sloka-sloka yang indah. Kabarnya jumlah sloka dalam Ramayana mencapai 24.000, sedangkan dalam Gerbang Fiksi – 3 Mahabharata mencapai lebih dari 100.000 sloka. Pun sama halnya saat Homer ketika menuliskan “Iliad” dan “Odysey” masing-masingnya lebih dari 15.000 bait yang liris. Jika kita tak mengenal tulisan mereka, pasti sebagai seorang muslim kita tahu Alquran. Di dalamnya memuat bermacam-macam kisah, yang bahkan dimulai sebelum manusia pertama diciptakan sampai semua manusia dimatikan. Banyak sekali ketika kita membaca ayat-ayat dalam Alquran, diksinya begitu indah. Meski kita tidak tahu artinya, kita nyaman mendengar dan membacakannya. Nada, irama, jeda, tekanan, dll. Meski ditulis secara indah, namun memiliki kisah yang menarik. Kita mengenal itu adalah karya sastra, bukan sebagai puisi naratif ataupun prosa liris. 

Tahun : 2020 Media Publikasi : Buku
Kategori : Buku No/Vol/Tahun : 1 / 1 / 2019
ISSN/ISBN : 978-623-90782-6-3
PTN/S : Universitas Pakuan Program Studi : PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Bibliography :

Daftar Pustaka Adji, Peni. (2003). Karya Religius Danarto : Kajian Kritik Sastra Feminis. Majalah Humaniora Volume XV (hlm. 23-38). Junus, Umar. (1983). Dari Peristiwa Ke Imajinasi: Wajah Sastra dan Budaya Indonesia. Jakarta: PT Gramedia. Tohari, Ahmad. (2011). Ronggeng D

URL :

 

Document

 
back