Repository Universitas Pakuan

Detail Karya Ilmiah Dosen

Sri Rahayu Dwiastuti1, Sabarti2, Zainal Rafli3

Judul : PENDEKATAN QUANTUM LEARNING DALAM PEMBELAJARAN SASTRA INDONESIA Penelitian Kualitatif di SMA Plus PGRI Cibinong
Abstrak :

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini untuk memaparkan atau mendeskripsikan mengenai pembelajaran sastra Indonesia berdasarkan pendekatan quantum learning yang dilaksanakan di SMA Plus PGRI Cibinong. Fokus penelitian ini adalah pendekatan quantum learning dalam pembelajaran sastra Indonesia, dengan 3(tiga) subfokus, yang terdiri dari: (1)  perencanaan pembelajaran sastra Indonesia, (2)Pelaksanaan pembelajaran sastra Indonesia dan (3) Evaluasi pembelajaran sastra Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif .Sumber data utama adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai, sedangkan sumber data lain  adalah sumber data tertulis yang didapat dari arsip dokumen resmi maupun dokumen pribadi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi kepustakaan.Analisis data dilakukan dengan tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Pemeriksaan keabsahan data, dilakukan dengan menggunakanperpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan,uji triangulasi dan analisis kasus negatif. Hasil penelitian berdasarkan fokus penelitian, yaitu: Pertama, Perencanaan pembelajaran sastra Indonesia dengan pendekatan quantum learning dilakukan mulai awaltahun ajaran baru. Tim guru bahasa Indonesia mengadakan rapat evaluasi kegiatan yang sudah berjalan, dilanjutkan dengan menyusun administrasi pembelajaran,mengadakan pelatihan quantum learninguntuk guruserta sosialisasi untuk siswayang dimonitoring oleh tim quantum. Langkahlangkah dalam menyusun RPP(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) didasarkan pada penyusunan RPP kurikulum 2013, dan dikemas dengan prinsip-prinsip pembelajaran quantum yang dituangkan dalam butir-butir “20 Langkah Operasional seorang Quantum Teacher” Kedua: Pelaksanaanpembelajaran sastra Indonesia dengan pendekatan quantum learningmengacu kepada perencanaan yang telah dibuat. Prinsip-prinsip pembelajaran quantum diterapkan pada setiap tahap pembelajaran.Tahap-tahap pembelajaran dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir(penutup). Ketiga: Evaluasi pembelajaran sastra Indonesia dengan pendekatan quantum learning. Evaluasi pembelajaran disini diasumsikan sama dengan penilaian pembelajaran.Dalam pembelajaran sastra, dilakukan dengan bervariasi, baik dalam bentuk, teknik dan instrument penilaiannya sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai baik cognitif, afektif, maupun psikomotorik. 
 

Tahun : 2018 Media Publikasi : Jurnal Nasional Blm Akreditasi
Kategori : Jurnal No/Vol/Tahun : 4 / 4 / 2018
ISSN/ISBN : 2443-3268
PTN/S : Universitas Pakuan Program Studi : PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Bibliography :

285     Volume 4, Nomor 4, Jurnal Pendidikan Ilmiah     284 - 292 
 
 masyarakat dapat terwujud.Permasalahannya adalah bagaimana dapat mengembangkan  aspek-aspek tersebut secara optimal bagi peserta didik sehingga hasil pendidikan sesuai dengan yang diharapkan?   Untuk mencapai hal tersebut proses pendidikan hendaknya bermuara pada pengembangan seluruh potensi kecerdasan manusia yang bersifat majemuk (multiple intelligence), serta menggali dan mengembangkan keunggulan tersembunyi (hidden excellent) yang dimilikinya. Oleh karena itu, institusi pendidikan harus melakukan perubahan proses penyelenggaraan pendidikan secara terus menerus untuk dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan yang muncul dalam kehidupan masyarakat. Salah satu perubahan yang dapat dijadikan alternatif pilihan dan dimungkinkan dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan adalah perubahan dalam kegiatan pembelajaran melalui pendekatan Quantum Learning. Quantum Learning (belajar quantum), sebagai salah satu pilihan yang menjanjikan perubahan dalam proses pembelajaran, diharapkan  dapat meningkatkan kepercayaan diri bagi siswa (pembelajar). Bobbi De Porter dan Mike Hernacki mengatakan bahwa:  Quantum learning berakar dari upaya Georgi Lozanov, seorang pedidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai suggestology atau suggestopedia. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif atau negative(Bobbi De Porter & Mike Hernarcki, 2000). Pendapat tersebut memberi gambaran bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya seorang guru dapat menciptakan sugesti yang dapat mempengaruhi situasi belajar. Sugesti yang tercipta bisa bersifat positif ataupun negatif. Dengan teknik tertentu guru berupaya menciptakan sugesti positif agar dapat tercipta suasana belajar yang menyenangkan, membuat semangat berprestasi, dan akhirnya dapat menimbulkan kepercayaan diri bagi siswa. Hasil belajar yang dicapai oleh anak didik (pembelajar) akan baik apabila lingkungan, proses, dan sumber-sumber belajar memberikan sugerti positif pada dirinya. Agar terjadi belajar kuantum, maka ciptakanlah lingkungan belajar yang aman dan mendukung bertumbuh serta  berkembangnya kepercayaan diri pada anak didik. Kondisi tersebut dapat diterapkan dalam pembelajaran untuk semua mata pelajaran tanpa terkecuali, termasuk mata pelajaran bahasa Indonesia yang didalamnya terdapat materi sastra. Mata pelajaran tersebut menuntut siswa mempunyai kemampuan berbahasa dan bersastra.Kemampuan bersastra bagi siswa perlu digali secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa..Pembelajaran sastra yang menarik menuntut kesiapan dan kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi keberhasilan siswa. Oleh karena itu guru dituntut memiliki kreatifitas untuk dapat merancang pembelajaran yang tepat sehingga potensi siswa dapat dikembangkan secara optimal serta siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian dan memperluas wawasan kehidupannya. Pembelajaran quantum merupakan salah satu pilihan yang menjanjikan perubahan dalam proses pembelajaran untuk dapat mencapai hasil yang optimal. Perlu disadari bahwa materi pembelajaran bidang sastra sangatlah luas, sehingga upaya untuk meningkatkan kemampuan apresiasi sastra bagi siswa merupakan hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh setiap guru. Disinilah guru dituntut harus dapat menciptakan sugesti yang positif, penciptaan suasana lingkungan yang nyaman dan kreativitas dalam  penyampaian materi agar kemampuan mengapresiasi sastra dapat ditingkatkan. Pembelajaran sastra dengan pendekatan quantum learningdapat membuahkan hasil apabila diterapkan sesuai dengan makna quantum itu sendiri. Untuk mencapai hal tersebut dituntut kreativitas dan kerjasama yang baik antara guru dengan pihak-pihak yang terkait. Salah satu sekolah yang sedang berproses manerapkan pembelajaran dengan pendekatan quantum adalah SMA Plus PGRI I Cibinong, sebuah sekolah swasta yang mempunyai komitmen dan tekad yang kuat dalam mengembangkan potensi anak dan selalu berupaya melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan guna meningkatkan hasil yang optimal. Sekolah 
Dwiastuti, Pendekatan Quantum Learning Dalam Pembelajaran Sastra Indonesia...     286 
 
 tersebut merupakan sekolah percontohan dalam penerapan quantum di Kabupaten Bogor. Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk memaparkan atau mendiskripsikanmengenai pembelajaran sasrtra dengan pendekatan quantum learning di SMA Plus PGRI Cibinong Bogor. Selain itupembelajaran sastra dengan pendekatan quantum learningdiharapkan dapat diterapkan pada semua mata pelajaran di sekolah dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. 
 
METODE   Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memaparkan atau mendeskripsikan mengenai pembelajaran sastra Indonesia dengan pendekatan quantum learningdi SMA Plus PGRI 1 Cibinong Bogor.Fokus penelitian ini adalah pendekatan quantum learning dalam pembelajara sastra Indonesiadengan 3(tiga) subfokus, yang terdiri dari: (1) perencanaan pembelajaran sastra Indonesia, (2) pelaksanaan pembelajaran sastra Indonesia, dan (3) evaluasi pembelajaran sastra Indonesia Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mengungkap obyek yang bersifat alamiah atau natural dan peneliti sebagai instrumennya. Data yang dihasilkan merupakan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang yang diamati secara utuh(Bogdan dan Taylor, dalam Moleong, 2001)  Obyek yang bersifat alamiah atau natural yaitu SMA Plus PGRI Cibinong sebagai tempat kejadian dan perilaku manusia (guru, siswa, kepala sekolah dan personil lainnya) dan peneliti sebagai instrumennya. Sumber data utama adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai, sedangkan sumber data lain adalah sumber data tertulis yang didapat dari arsip dokumen resmi maupun dokumen pribadi., termasuk dokumen yang berujud foto-foto. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Analisis data dilakukan dengan tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Pemeriksaan keabsahan data, dilakukan dengan menggunakan perpanjangan keikutsertaan, yaitu perpanjangan 
keikutsertaan peneliti untuk meningkatkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, ketekunan pengamatan untuk memperdalam jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan, uji triangulasi untuk pengecekan atau pembanding terhadap data yang diterima melalui sumber yang berbeda, analisis kasus negatif:untuk menganalisis data yang berbeda atau bertentangan  dengan melihat kecenderungan jawaban dari yang lainnya. 
 
HASIL DAN PEMBAHASAN  Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui studi dokumentasi, observasi, dan wawancara dengan informan yang telah ditentukan, diperoleh temuan umum tentang latar penelitian, yang meliputi sejarah singkat SMA Plus PGRI Cibinong, Visi dan Misi, Jati Diri Guru, Sapta Budaya SMA Plus PGRI Cibinong, Budaya Mutu, Lingkungan/lokasi sekolah, Keadaan siswa dan personil sekolah, Kurikulum, Prestasi siswa/sekolah dan Sarana prasarana.  Berdasarkan latar penelitian tersebut, menurut sejarah, SMA Plus PGRI Cibinong berdiri pada tahun 1978 dibawah naungan Yayasan YPL PPGRI. Kemajuan dalam berbagai bidangdari waktu ke waktu sampai saat ini sangat pesat, baik dilihat dari sarana dan prasarana, keadaan siswa dan personil sekolah, prestasi siswa/sekolah yang dicapai maupun lingkungan sekolah yang kesemuanya mendukung terselenggaranya pembelajaran dengan menggunakan pendekatanquantum learning.  Dari Temuan Khusus hasil penelitian diperoleh gambaran tentang pendekatan quantum learning dalam pembelajaran sastra Indonesia, yang meliputi: (1) perencanaan pembelajaran sastra Indonesia,(2) pelaksanaan  pembelajaran sastra Indonesia, (3) evaluasi pembelajaran sastra Indonesia,dengan pendekatan quantum learning.  Dari ketiga subfokus tersebut diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: Pertama: perencanaan pembelajaran sastra Indonesia. Perencanaan pembelajaran sastra Indonesia dengan pendekatan quantum learning, dalam prosesnya diawali dengan  melakukan rapat team guru bahasa Indonesia untuk melakukan evaluasi program yang sudah berjalan. Apa kendala-kendala yang dihadapi 
287     Volume 4, Nomor 4, Jurnal Pendidikan Ilmiah     284 - 292 
 
 dan bagaimana jalan keluar yang telah dilakukan. Program mana yang telah berjalan dengan baik, mana yang masih perlu perhatian. Evaluasi juga dilakukan pada RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). dan hasil belajar siswa untuk dilakukan perbaikan pada program berikutnya.   Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, mulailah mempersiapkan administrasi pembelajaran , diawali dengan  menyusun program tahunan, program semester dan RPP. Dalam menyusun RPP langkah-langkah menyusun perencanaan diawali dengan membedah silabus. Setelah itu mempersiapkan dan mengembangkan materi ajar dari berbagai sumber, merencanakan bagaimana memotivasi siswa sesuai dengan gaya belajarnya, menyiapkan tempat dan fasilitas yang dibutuhkan, termasuk media yang akan digunakan. Mengenai tempat dan fasilitas pembelajaran termasuk media sebagian besar sudah tersedia.Lingkungan juga sudah tertata secara rapi dan indah sehingga sangat mendukung terlaksananya pembelajaran dengan pendekatan quantum learning. Kemudian mengikuti pelatihan  quantum learning bagi guru baru dan penyegaran bagi  guru yang sudah lama. Dilanjutkan sosialisasi dan pelatihan  quantum learning bagi siswa. mulai saat siswa melakukan MOS(Masa Orientasi Siswa). Kegiatan ini dikoordinir oleh Tim Quantum dan wajib memahami “20 langkah operasional seorang Quantum Teacher SMA Plus PGRI Cibinong” dalam pelaksanaan pembelajaran, yang berisi: (1)menyampaikan program tahunan dan program semester,(2)menyampaikan manfaat pelajaran, (3)memberi waktu jeda, (4) memperbolehkan makan atau minum ketika belajar, (5)Memperbolehkan menulis dengan warna warni (6)Mewajibkan dan mengontrol CTS. (7)Mewajibkan dan mengontrol mind mapping. (8) Memotivasi untuk menata lingkungan kelas. (9) Menjaga aib akademis siswa. (10) Melakukan sugestologi. (11) Melayani seluruh gaya belajar/VAK. (12) Mengajar dengan cara merangsang neokortek. (13) Memberikan kesempatan eksplorasi (menemukan). (14)Menyampaikan penemuanpenemuan baru. (15) Menganjurkan tes out. (16) Menerapkan prinsip 30 : 70. (17)  Ramah dan penuh perhatian. (18) Melakukan pelayanan individual. (19) Belajar dengan sistem kelompok. (20) Memberi kesempatan siswa bertanya. Adapun langkahlangkah dalam menyusun RPP, dilakukan  berdasarkan persiapan awal kemudian ditetapkan Kompetensi Inti(KI 1.KI 2, KI 3, KI 4). Selanjutnya Kompetensi Dasar (KD 3 dan KD 4), Dari Kompetensi Dasar tersebut, menetapkan Indikator Pencapaian Kompetensi Dasar. Berdasarkan Indikator yang telah ditetapkan dirumuskanlah tujuan pembelajaran. Setelah tujuan pembelajaran dirumuskan, dilanjutkan dengan menetapkan materi, dan berikutnya  pendekatan yang digunakan,  pemilihan model, metode dan media.Untuk pendekatan sudah ditetapkan yaitu pendekatan saintifik, sedangkan model, metode, media, dan alat pembelajaran, memilih dan mengembangkan sendiri. Untuk Sumber telah tersedia buku pegangan guru dan siswa. Setelah itu baru langkah-langkah pembelajaran. Untuk langkah-langkah pembelajaran dimulai dari Kegiatan Pendahuluan, Kegiatan Inti, dan Kegiatan Penutup. Disinilah penggunaan pendekatan, model, media, alat, dalam menyampaikan materi pembelajaran dikemas dengan prinsip pembelajaran quantum learning. Langkah berikutnya setelah menguraikan langkahlangkah pembelajaran, sampailah pada penilaian pembelajaran, baik prosedur, jenis, bentuk, maupun instrumen penilaiannya.sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai baik cognitif, afektif, maupun psikomotorik.  Hal tersebut diatas menggambarkan bahwa perencanaan pembelajaran  sastra dengan menggunakan pendekatan quantum learning meliputi persiapan yang berkaitan dengan administrasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru, maupun persiapan pelatihan quantum  learning untuk siswa dan guruserta persiapan sarana dan fasilitas pendukung sebagai sumber belajar yang dilakukan oleh pihak sekolah tersebut. Pengaruh visual dalam proses pembelajaran secara tidak sadardari bendabenda yang dilihat, dicium, diraba dan disentuh. dapat membantu dalam proses pembelajaran  untuk meningkatkan daya ingat. Hal ini dapat dilihat dengan adanya kata-kata indah dan bermakna dari tokoh Indonesia dan dunia serta slogan- slogan, poster dan benner 
Dwiastuti, Pendekatan Quantum Learning Dalam Pembelajaran Sastra Indonesia...     288 
 
 yang memberikan motivasi bagi siswa tergantung disepanjang jalan yang sering dilewati siswa atau guru dan personil sekolah lainnya, Penataan kursi di luar kelas terlihat rapi dan indah, sedangkan di dalam kelas diatur secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan dalampembelajaran.Ada berbagai susunan tempat duduk. Pemilihan bentuk susunan tempat duduk pada prinsipnya susunan tempat duduk memungkinkan suasana yang menyenangkan dalam berkomunikasi antar siswa dan guru. Tersedianya kudapan (minuman dan permen) diperbolehkan ada di kelas terutama untuk siswa kinestetik. Ritme belajar diatur sedemikian rupa karena energi yang dimilikisiswa pada pagi hari akan berbeda dengan siang atau sore hari. Hal ini diatur dalam menyusun jadwal belajar. Faktor terakhir yang berpengaruh pada lingkungan adalah guru itu sendiri, baik yang berkaitan dengan popularitas (guru yang terkenal dan superior, keyakinan pada diri guru bahwa dirinya mempunyai kemampuan, tutur kata, maupun  penampilan dan reaksi guru terhadap siswa yang bermasalah jangan sampai salah dalam mengambil sikap. Kedua:Pelaksanaan pembelajaran sastra Indonesia. Dalam pelaksanaan pembelajaran sastra dengan pendekatan quantum learning, guru menerapkan prinsip-prinsip pembelajaranquantum yang dikenal dengan quantum teacher. Menurut DePorter, Reardon & Nourie (2001), .Prinsip-prinsip yang dimaksud meliputi: (1)Segalanya berbicara; (2) Segalanya bertujuan; (3) Pengalaman sebelum pemberian nama; (4) Akui setiap usaha; (5) Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. (Bobbi DePorter, 2010). Penerapan dalam pembelajaran sastra sbb: Segalanya berbicara: Dalam hal ini      gurumerancang segala aspek yang ada di lingkungan kelas sebagai sumber belajar bagi siswa, berupa buku, media cetak dan elektonik, lingkungan sekitar (taman sekolah, lapangan, perpustakaan dll.). Segalanya bertujuan: Semuanyayang terjadi dalam kegiatan pembelajaran mempunyai tujuan dan harus dijelaskan kepada siswa.Dalam hal ini tujuan pembelajaran dijelaskan kepada siswa yaitu pada tahap pendahuluan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah direncanakan.dalam RPP(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Pengalaman sebelum pemberian nama. Proses belajar terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. Dalam hal ini (penerapan dalam salah satumateri pembelajaran) mempelajarisesuatu dilakukan dengan cara memberi tugas berdasarkan pengalaman atau eksperimen  terlebih dahulu..Dengan tugastersebut siswa menyimpulkan sendiriapa yang telah dipelajarinya. Dalam hal ini sebelum sampai kepada kegiatan inti guru  mengawali dengan melakukan tanya jawab/ memberi tugas berdasarkan pengalaman atau eksperimen siswa mengenai hal-hal yang ada hubungannya dengan materi untuk menggali apa yang telah dimiliki dan dipahami oleh siswa. Sebagai contoh yang terdapat dalam pembelajaran sastra:  cerpen yang akan dianalisis untuk menentukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dipilih sebuah cerpen dari kumpulan cerpen yang telah dibaca sesuai dengan pilihan siswa. Akui setiap usaha Setiap proses pembelajaran, guru  memberi penghargaan kepada siswa untuk setiap usahanya, walaupun usahanya belum sempurna bahkan masih salah.. Usahakan jawaban yang salah diperbaiki dengan perlahan tanpa mematikan semangat siswa. Siswa mendapat pengakuan atas prestasi dan kepercayaan dirinya. Ungkapan yangdigunakan oleh guru antara lain terlihat dari ucapan guru terhadap siswa yang bisa ditangkap:”analisis tentang unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam cerpen yang telah dibaca sudah jauh lebih baik, dari sebelumnya…..” -Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan. Dalam hal ini guru memiliki strategi untuk memberi umpan balik positif pada setiap usaha siswa baik mandiri atau kelompok.Ada beberapa  kata-kata atau tindakan yang didapat dari guru yang digunakan untuk merayakan usaha yang telah dilakukan siswa, antara lain: “Tepuk tangan”: tepuk tangan diberikan kepada siswa yang berani maju paling awal untuk membacakan puisi dengan baik. “Hore”: menunjukkan bahwa kelompok telah 
289    Volume 4, Nomor 4, Jurnal Pendidikan Ilmiah     284 - 292 
 
 mengerjakan tugas mencari unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam puisi dan selesai paling awal dibandingkan kelompok yang lainnya. Pemberian “kejutan”. Kejutan yang diberikan berupa permen coklat atau yang lain setelah siswa yang ditunjuk berhasil mendemonstrasikan salah satu nilai kehidupan yang terdapat dalam cerpen yang dibaca.  Proses pembelajaran sastra dengan pendekatan quantum learning dirancang dengan beberapa komponen yang meliputi: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan  Rayakan. Komponen rancangan pembelajaran tersebut dikenal dengan singkatan” TANDUR”. Diungkap oleh DePorter, Reardon & Nourie dalam Made Wena(2001).   Tumbuhkan: Tumbuhkan minat dengan memuaskan”Apakah Manfaatnya Bagiku”Dalam hal ini guru memberikan motivasi dan semangat pada awal pembelajaran yaitu dengan menyampaikan kepada siswa bahwa materi yang akan dipelajari(antara lain tentang nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam  cerpen yang dibaca) bermanfat bagi dirinya atau bagi kehidupannya)  Alami:  Prosespembelajaran akan lebih bermakna jikasiswamengalami secara langsung atau nyata tentang materi yang dipelajari. Dalam materi pembelajaran tentang nilai nilai kehidupan dalam cerpen, nilai kehidupan yang akan dipelajari tentang: tolong menolong, kebersamaan, kasih sayang, yang sudah dialami sendiri oleh siswa. Dalam kesempatan lain guru mendatangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua siswa.  Namai: Guru mengajarkan konsep keterampilan berpikir, dan strategi belajar, agar siswa mampu untuk memberi identitas, mengurutkan, atau mendifinisikan. Komponen ini dalam  pembelajaran sastra dilakukan siswa dalam memberikan nama pada sebuah cerpen yang menceriterakan pengalaman sendiri.  Demonstrasikan: Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk”menunjukkan bahwa mereka tahu”. Siswa diberi peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran.(Siswa menerjemahkan nilainilai kehidupan dalam cerpen sesuai dengan apa yang mereka pahami dan alami sendiri). Dalam materi drama, komponen ini ditunjukkan siswa pada waktu memerankan tokoh dalam cerita yang terdapat dalam naskah drama. Dengan demikian siswa mendapat kesan yang sangat berarti baginya. Ulangi: pengulangan dalam kegiatan pembelajaranyang dapat memperkuat atau menumbuhkan rasa tahu atau yakin terhadap kemammuan siswa. Pengulangan dilakukan secara multikecerdasan. Mengulangi akan memperkuat pengetahuan yang telah siswa miliki. Hal ini ditunjukkan dalam pembelajaran sastra Siswa mengulangi materi yang sudah dibahas dan diketahuiyaitu memahami nilai-nilai kehidupan dalam cerpen sesuai dengan apa yang dialami siswa.  Rayakan: Pengakuan atau pemberian penghargaan pada siswa atas usaha dan kesuksesannya, baik berupa pujian, hadiah atau bentuk lainnya.Dalam hal ini guru mengatakan ”Bagus”, “Hebat”, sukses” diakhir diskusi atau memberikan “hadiah”  kepada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dari guru.  Adapun tahapan kegiatan pembelajaran dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.  Kegiatan awal: melakukan Pengkondisian kelas, Appersepsi (memberikan persepsi awal kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari), Motivasi(memberikan gambaran manfaat mempelajari sastra (sesuai dengan materi yang sedang dibahas). Dilanjutkan dengan  menyampaikan tujuan pembelajaran.  Pada kegiatanawal (pendahuluan)   guru menciptakan sugesti yang positif bagi siswa, dengan menanamkan kepercayaan pada diri sendiri akan kemampuan dan motivasi siswa melalui ungkapan-ungkapan positif seperti : “ibu yakin  kalian senang mempelajari materi hari ini, ibu percaya kalian pasti bisa” Selain ungkapan positif, penggunaan bahasa dan sikap guru yang baik terhadap siswa, pengaturan kursi sampai lingkungan yang tertata rapi, dengan penataan taman yang indah serta fasilitas yang memadai. Dalam kondisi apapun guru tetap ceria menghadapi siswa yang bermasalah sekalipun. Hal tersebut akan dapat menimbulkan sugesti positif 
Dwiastuti, Pendekatan Quantum Learning Dalam Pembelajaran Sastra Indonesia...     290 
 
 Sugesti positif pada diri siswa akan menumbuhkan motivasi dalam mengikuti  setiap langkah kegiatan pembelajaran,  sehingga akan meningkatkan AMBAK (Apa Manfaat Bagiku). Kegiatan Inti: Pada tahap ini berisi langkah-langkah sistematis yang dilakukan siswa dan guru dalam aktifitasnya, dipadukan dengan model pembelajaran  yang dipilih dan pendekatan saintifik (pendekatan keilmiahan yang mencakup mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasikan, mengkomunikasikan). Penggunaan media pembelajaran dengan mempertimbangkan tujuan, bahan atau materi, dan karakter siswa/guru.  Kegiatan Akhir (Penutup): Pada tahap ini guru mengarahkan siswa untuk membuat rangkuman / simpulan, melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan, memberikan arahan tindak lanjut pembelajaran, dan menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikut. Dalam kaitannya dengan pembelajaran sastra Indonesia dengan pendekatan quantum learning Pada kegiatan inti dan penutup, menerapkanazas utamaquantum teaching, yaitu: ”Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka”. Sebagai langkah awal dalam mengajar terlebih dahulu memasuki dunia siswa dengan cara mengaitkan apa yang akan diajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan siswa. Setelah kaitan itu terbentuk kemudian guru membawa siswa ke dalam dunia guru. Hal tersebut dilakukan oleh guru antara lain pada waktu pembelajaran dengan materi unsur-unsur pembangun puisi. Siswa tidak diberikan puisi oleh guru, tapi dibebaskan dalam memilih puisi yang diperoleh dari kehidupan siswa sendiri atau puisi yang disenangi/diminati. Setelah itu baru mencari unsur-unsur puisi yang diberikan guru, begitu juga untuk materi yang lainnya.  Selain azas utama dalam quantum teaching, juga didasarkan pada prinsip-prinsip pembelajaran dan kerangka rancangan pembelajaran dengan pendekatan quantum learning.  Ketiga: Evaluasi pembelajaran sastra Indonesia. Evaluasi pembelajaran sastra Indonesia merupakan  bagian dari evaluasi pembelajaran bahasa Indonesia, karena sastra merupakan bagian dari mata pelajaran bahasa Indonesia. Evaluasi dalam penelitian ini diasumsikan sama dengan penilaian hasil belajar. Dalam pembelajaran sastra, antara tujuan, bahan (materi), dan penilaian merupakan komponen yang sangat erat hubungannya satu sama lain. Bahan (materi) dijabarkan berdasarkan tujuan. Tujuan itu akan tercapai jika ditunjang oleh bahan yang sesuai. Kadar ketercapaian tujuan atau tingkat penguasaan bahan akan diketahui melalui kegiatan penilaian, sedang penilaian akan ada artinya jika dalam kaitannya dengan tujuan dan bahan yang telah diajarkan. Menurut Nurgiyantoro (2001) dilihat dari aspek hasil belajar, ruang lingkup evaluasi pembelajaran meliputi ranah cognitif, afektif, dan psikomotor. Pada aspek kognitif dibedakan menjadi 6 tingkatan, mulai dari ingatan (C1), pemahaman (C2),penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5) sampai evaluasi (C6). Penilaian pada ranah afektif berhubungan dengan sikap. pandangan, dan nilai-nilai yang diyakini seseorang. Sedangkan pada aspek psikomotorik, segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas otot, fisik, atau gerakan-gerakan anggota badan. Penilaian yang dilakukan guru dalam pembelajaran sastra Indonesia dengan pendekatan quantum learning dilakukan dengan bervariasi, baik dalam bentuk, teknik dan instrumen penilaiannya sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai baik cognitif, afektif, maupun psikomotorik. Berdasarkan pada salah satu  Indikator Pencapaian Kompetensi dalam materi sastra“membandingkan nilai-nilai teks hikayat dan cerpen”. penilaian aspek cognitif, afektif dan psikomotorik yang direncanakan dan dilaksanakan dalam pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:1. Untuk aspek cognitif:  teknik penilaian yang digunakan: tes tertulis, jenjang cognitif yang ingin dicapai C2, bentuk soal tertulis, dan instrument penilaiannya berujut pertanyaan: “Bandingkan nilai yang terdapat pada teks hikayat dan cerpen berikut!” 2. Pada penilaian aspek psikomotor, teknik penilaian: penugasan, jenjang psikomotorik P1, bentuk soal uraian, dan instrumen 
291    Volume 4, Nomor 4, Jurnal Pendidikan Ilmiah     284 - 292 
 
 penilaiannya berupa pertanyaan: “Ubahlah teks hikayat kedalam bentuk teks cerpen.”Pada penilaian aspek afektif (sikap), teknik penilaian: pengamatan, instrumen pengamatan berupa rubrik pengamatan. Dibuat dalam bentuk tabel yang berisi komponen-komponen: waktu, nama, kejadian/perilaku, butir sikap, positif/negatif, dan yang terakhir tindak lanjut. Variaari dalam penilaian berdasarkan pada Indikator Pencapaian Kompetensi yang telah direncanakan dan dilaksanakan antara lain: tes penugasan, tes tertulis, tes unjuk kerja, portofolio, baik untuk aspek cognitif maupun psikomotorik. Sedangkan untuk aspek afektif yang dilakukan dengan jurnal harian tentang kejadian istimewa pada waktu pembelajaran atau penilaian kompetensi sikap (Bertanggungjawab, responsif dan kerjasama). 
 
SIMPULAN  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pendekatan quantum learning dalam pembelajaran sastra Indonesia di SMA Plus PGRI Cibinong, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Perencanaan pembelajaran sastra Indonesia dengan pendekatan quantum    learning dalam prosesnya diawali dengan rapat evaluasi terhadap program     yang sudah  berjalan yang dilakukan tim guru, menyusun administrasi pembelajaran, menyiapkan   bahan pembelajaran dari berbagai   sumber, dan mengikuti pelatihan     quantum learning untuk guruserta sosialisasi untuk     siswa. Adapun langkah-langkah menyusun RPP didasarkan pada kurikulum 2013.dan dikemas dengan prinsip-prinsip pembelajaran quantum yang dituangkan dalam butir-butir “20 Langkah Operasional seorang Quantum Teacher” 2. Pelaksanaan pembelajaran sastra Indonesia dengan pendekatan quantum learning mengacu kepada perencanaan yang telah dibuat. Prinsip-prinsip pembelajaran quantum diterapkan pada setiap tahap pembelajaran. Tahap-tahap pembelajaran dimulai dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir(penutup). 3. Evaluasi pembelajaran sastra Indonesia dengan pendekatan quantum learning. 
Evaluasi pembelajaran disini diasumsikan sama dengan penilaian pembelajaran. Dalam pembelajaran sastra,  dilakukan dengan bervariasi, baik dalam bentuk, teknik dan instrument penilaiannya sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai pada aspek cognitif, afektif, maupun psikomotorik. Jenis tes yang digunakan bervariasi.tes penugasan, tes tertulis, tes unjuk kerja, portofolio, baik untuk aspek cognitif maupun psikomotorik. Sedangkan untuk aspek afektif yang dilakukan dengan jurnal harian tentang kejadian istimewa pada waktu pembelajaran atau penilaian kompetensi sikap (Bertanggungjawab, responsif dan kerjasama).  Pembelajaran sastra Indonesia dengan pendekatan quantum learning memberikan gambaran kepada kita bahwa pembelajaran dengan pendekatan quantum learning dapat diterapkan untuk berbagai mata pelajaran, karena dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan siswa dapat mengembangkan  potensi yang dimilikinya dengan optimal. Dengan perencanaan yang baik, kesemuanya mendukung pelaksanaan pembelajaran dimulai dari aspek guru dengan kesiapan administrasi pembelajarannya, pelatihan quantum learning untuk siswa dan guru, sarana prasarana, dan penataan lingkungan. Begitu pula pada tahap pelaksanaan pembelajaran, dimulai dari kegiatan  awal (pembuka), kegiatan inti, dan kegiatan akhir (penutup) dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran quantum learning untuk  dapat memberikan sugesti yang positif kepada siswa,sehingga pembelajaran sastra menjadi menarik dan siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan apresiasinya. Dengan demikian tujuan pembelajaran sastra Indonesia dapat tercapai.   Namun demikian, SMA Plus PGRI Cibinong harus terus berusaha  meningkatkan faktor-faktor yang mendukung pembelajaran, pada setiap tahap pembelajaran, baik pada perencanaan, pelaksanaan maupun  evaluasi pembelajaran.agar pembelajaran  lebih menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.    
292    Volume 4, Nomor 4, Jurnal Pendidikan Ilmiah     284 - 292 
 
 
 
DAFTAR PUSTAKA De Porter, Bobbi.  2010Quantum Teaching, Terjemahan Ary Nilandari, Bandung: Kaifa De Poster, Bobbi & Mike Hernacki.2000.Quantum Learning, terjemahan Alawiyah Abdulrahman, Bandung : Kaifa Madjid Abdul. 2007.Perencanaan Pembelajaran, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya  Maleong. 2009.Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Nurgiyantoro. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, Yogyakarta:  BPFE Sanjaya. 2011.Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Sudaryono. 2012.Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta:  Graha Ilmu Sugiyono. 2005.Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Alfabeta Wina Made. 2000. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: PT. Bumi Aksara  

URL :

 

Document

 
back