Abstrak |
: |
Memirsa film adalah salah satu rekreasi yang menyenangkan. Sebelum menonton film secara keseluruhan, kita
biasanya memerhatikan posternya. Dari sanalah kita bisa mereka-reka apa yang akan disampaikan dalam film
tersebut. Poin utama pada penelitian ini adalah unsur budaya yang tersirat pada poster-poster film tersebut. Fokus
penelitian ini diletakkan pada film adaptasi novel. Hal ini disebabkan pada ketertarikan masyarakat. Beberapa film
yang diangkat dari karya sastra malah lebih hangat diperbincangkan dibanding novelnya itu sendiri. Tentu saja kita
tidak bisa menyamakan sebuah karya sastra dengan alih wahananya. Kekuatan novel adalah kata-kata yang
membentuknya, sedangkan kekuatan film adalah seni visual yang ditampilkan. Beda kasus. Namun setidaknya kita
dapat melihat pesan tersembunyi dari sebuah poster film dengan mengaitkannya pada alur cerita, baik itu dalam novel
maupun di film itu sendiri. Malah dalam beberapa novel yang sudah diangkat menjadi film, mengambil poster film
untuk kemudian dijadikan sampul bukunya. Yang terpenting dari tujuan penelitian ini adalah agar kita dapat
mengetahui pesan budaya yang ingin disampaikan melalui poster film. Gambar-gambar sebagai unsur pembentuk
poster film tentunya dipilih sedemikian rupa hingga menarik dan memuat keseluruhan isi penceritaan film melalui
media visual sekali lihat. Gambar dalam poster tidak hanya memiliki makna denotasi, tetapi memiliki makna konotasi
yang tersirat di dalam kesatuan poster. Oleh karena ini, perlunya pengetahuan mengenai pemaknaan penggambaran
budaya yang terdapat pada poster-poster film Indonesia yang diangkat dari novel. Metode penelitian yang digunakan
adalah teknik deskriptif kualitatif. Sepuluh poster film adaptasi dikaji dengan pendekatan semiotika. Menilai sisi
budaya yang tersirat dalam gambar poster. Misalnya pada poster film “Perempuan Berkalung Sorbanâ€. Pada poster
tersebut seorang tokoh perempuan tengah menunggang kuda dengan sorban (serban) di lehernya. Secara budaya,
sorban adalah pakaian khas lelaki muslim. Sebuah simbol maskulinitas. Namun dikenakan oleh perempuan. Ternyata
jika kita kaitkan dengan alurnya, “Perempuan Berkalung Sorban†ini benar memiliki muatan pemahaman feminisme |
Bibliography |
: |
Berger, Arthur Asa. 2010. Pengantar Semiotika Tanda-Tanda dalam Kebudayaan Kontemporer.
Yogyakarta. Tiara Wacana.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Gafindo Persada. 2004.
Chaer, Abdul. 2010. Sosiolingustik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Damono, Sapardi Djoko. 2018. Alih Wahana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Davonar, Agnes. 2011. Surat Kecil untuk Tuhan. Jakarta: Inandra Publisher.
Dhirgantoro, Donny. 2007. 5cm. Jakarta: PT. Grasindo.
Dika, Raditya. 2011. Manusia Setengah Salmon. Jakarta: Gagas Media
Hirata, Andrea. 2008. Sang Pemimpi. Jakarta: Bentang Pustaka.
Khalieqy, El Abidah. 2009. Perempuan Berkalung Sorban. Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.
Lestari, Dewi. 2009. Perahu Kertas. Jakarta: Bentang Pustaka.
Liye, Tere. 2008. Hafalan Shalat Delisa. Jakarta: Republika.
Suharma dkk. 2011. Bahasa dan Sastra Indonesia. Bogor: Yudistira.
Sartuni, Rasyid .2001. Aplikasi Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi . Bogor: Maharani Press.
Shirazy, Habiburrrahman El. 2004. Ayat-Ayat Cinta (Sebuah Novel Pembangun Jiwa). Jakarta : Republik.
Shirazy, Habiburrahman El. 2008. Ketika Cinta Bertasbih. Jakarta: Republika
Tohari, Ahmad. (2011). Ronggeng Dukuh Paruk. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. |